Sabtu, 06 April 2013

"Sifat Tercela RIA"

Perbuatan Ria
 Ria tergolong sifat tercela karena melakukan amal perbuatannya tidak untuk mencari ridha Allah SWT.

1.      Ria menurut bahasa adalah “memperlihatkan” atau terkenal dengan bahasa sehari-hari “memamerkan”.
2.      Ria menurut istilah adalah sikap atau tindakan seseorang karena orang lain, hanya ingin pujian dan dilihat orang lain.
3.      Dari segi syara, imam Hafiz ibnu Hajar dalam kitabnya “Fathul Bari” menyatakan bahwa ria adalah ibadah yang dilakukan dengan tujuan/maksud agar dapat dilihat orang lain sehingga orang-orang yang melihatnya akan memuja pelakunya.
Riya’ artinya memperlihatkan (menampakkan) diri kepada orang lain, supaya diketahui kehebatan perbuatannya, baik melalui pembicaraan, tulisan ataupun sikap perbuatan dengan tujuan mendapat perhatian, penghargaan dan pujian manusia, bukan ikhlas karena Allah Riya’ itu bisa terjadi dalam  niat, yaitu ketika akan melakukan pekerjaan. Bisa juga terjadi ketika melakukan pekerjaan atau setelah selesai melakukan suatu pekerjaan.
Amal Perbuatan Ria
1.      Niat bukan karena Allah
2.      Tidak ikhlas
3.      Mengada-ada
4.      Pilih kasih
5.      Ingin dipuji
6.      Mengharap imbalan 
 Jenis-Jenis Ria
1.    Ria dalam niat
a.     Ria dalam niat berkaitan dengan hati. Yang mengetahui hanya Allah SWT dan dirinya saja.
Seperti sabda Nabi : Innamal a’maalu binniyaat
Artinya : Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niat… (H.R. Muslim)
2.    Ria dalam Perbuatan
a.     Ria perbuatan berkaitan dengan tingkah laku/perbuatan. Ria dalam perbuatan ini misalnya ketika mengerjakan shalat dan bersedekah. Orang ria dalam mengerjakan shalat biasanya dia memperlihatkan kesungguhan, kerajinan, kekusyu’annya jika ia berada di tengah-tengah orang/jama’ah sehingga orang lain melihat ia berdiri, ruku, dan sebagainya.  Dia shalat dengan tekun itu mengharapkan perhatian, sanjungan& pujian dari orang lain agar ia dianggap sebagai orang yang taat dan tekun beribadah. Orang yg riya dalam shalatnya ini dia akan celaka di akhirat nanti.
Seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an “ Maka celakalah bagi orang-orang yang Shalat, (yaitu) orang – orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat Ria dan enggan (Menolong dengan) barang berguna”. (Al Ma’un 4-7)

Contoh Sikap Perilaku Ria
1.      Seseorang yang telah bersedekah kepada yayasan,dan meminta ketua yayasan supaya orang yang bersedekah tadi disebutkan/di umumkan kepada orang lain, bahwa dirinya telah bersedekah
2.      Seseorang yang memiliki kecerdasan yang luar biasa dan memamerkannya/menonjolkannya kepada semua orang.
3.      Orang yang telah menunaikan ibadah haji di tahun kemarin dan akan menunaikan ibadah haji lagi di tahun ini.Dengan maksud agar mendapat gelar haji da di puji oleh orang lain.
Ciri Orang Yang Mempunyai Sifat Ria Dalam Perbuatan
1.      Tidak akan berbuat baik jika tidak dilihat orang lain atau tidak ada imbalan baginya.
2.      Melakukan amal shaleh tanpa dasar, hanya ikut-ikutan
3.      Tampak rajin penuh semangat jika mal perbuatannya dilihat atau dipuji-puji orang.
4.      Ucapannya selalu menunjukan bahwa dia yang paling hebat, paling tinggi dan paling mampu.
Berikut ini ada beberapa tips yang bisa membantu untuk sedikit-demi sedikit menghapus riya', 'ujub, sum'ah dan semacamnya:
1.      Anda harus sadar dan tahu bahwa yang anda perbuat itu benar dan baik. Untuk itu, biasakan berfikir dan berupaya keras memutuskan dengan tepat setiap langkah Anda: apa (yang Anda lakukan), bagaimana (Anda melakukan), dan kenapa (Anda lakukan). Jangan berfikir sempit dan pendek, tapi usahakan selalu menggali dampak-dampak dan akibat-akibat perbuatan Anda jauh ke depan: manfaat dan madlarratnya. Sehingga tidak ada alasan untuk tidak bersikap tegas dan berani.
Jika sudah mampu demikian, maka anda akan penuh percaya diri dan mantap dalam setiap langkah. Jangan takut untuk berbeda, selama Anda yakin apa yang Anda perbuat itu benar. Namun, jangan lantas merasa benar sendiri, sehingga membenci orang lain yang Anda anggap salah. Dengan kata lain, ikhlas identik dengan kemantapan, percaya diri, ketenangan dan kekokohan jiwa, juga kecerdasan, sedangkan riya' (sum'ah, 'ujub) identik dengan keragu-raguan, keresahan, jiwa yang labil, dan juga kebodohan.
2.      Upayakanlah dalam setiap waktu untuk mengingat Allah; sesering mungkin 'berbisik-bisik' dengan Allah (mengeluh dan mengadu hanya kepada Allah). Luangkan waktu, di pagi dan sore tiap hari, sekitar seperempat sampai setengah jam untuk dzikir dan instropeksi diri: apa yang telah dan mau dilakukan.
3.      Sadarlah bahwa Allah senantiasa mengetahui gerak-gerik Anda. Bersamaan dengan itu, cukupkanlah kepuasan Anda dengan pengetahuan Allah akan segala tindakan Anda. Anda akan puas hanya dengan diketahui Allah jika Anda merasa takut dan berharap hanya kepadaNYA. Ketahuilah hanya Allah yang akan mengganjar semua amal perbuatan kita semua.
4.      Lakukan doa-doa dengan khusyuk. Senantiasa memohon agar dikaruniai hati yang tulus dan ikhlas (Allahummarzuqnaa al-ikhlaas wa al-istiqaamah wa hubba Allah wa hubba man ahabbah = Ya Allah, karuniailah kami keikhlasan, istiqaamah, mencintai Allah, dan orang-orang yang mencintaiNYA).
5.      Kita senantiasa melihat orang lain lebih baik di sisi Allah dari diri kita sendiri. 


1 komentar: