Ria tergolong sifat tercela karena melakukan amal perbuatannya tidak untuk mencari ridha Allah SWT.
1.
Ria menurut bahasa adalah
“memperlihatkan” atau terkenal dengan bahasa sehari-hari “memamerkan”.
2.
Ria menurut istilah adalah sikap
atau tindakan seseorang karena orang lain, hanya ingin pujian dan dilihat orang
lain.
3.
Dari segi syara, imam Hafiz ibnu
Hajar dalam kitabnya “Fathul Bari” menyatakan bahwa ria adalah ibadah yang
dilakukan dengan tujuan/maksud agar dapat dilihat orang lain sehingga orang-orang
yang melihatnya akan memuja pelakunya.
Riya’
artinya memperlihatkan (menampakkan) diri kepada orang lain, supaya diketahui
kehebatan perbuatannya, baik melalui pembicaraan, tulisan ataupun sikap
perbuatan dengan tujuan mendapat perhatian, penghargaan dan pujian manusia,
bukan ikhlas karena Allah Riya’ itu bisa terjadi dalam niat, yaitu ketika akan melakukan pekerjaan.
Bisa juga terjadi ketika melakukan pekerjaan atau setelah selesai melakukan
suatu pekerjaan.
Amal
Perbuatan Ria
1.
Niat bukan karena Allah
2.
Tidak ikhlas
3.
Mengada-ada
4.
Pilih kasih
5.
Ingin dipuji
6.
Mengharap imbalan
Jenis-Jenis
Ria
1. Ria
dalam niat
a.
Ria dalam niat berkaitan dengan
hati. Yang mengetahui hanya Allah SWT dan dirinya saja.
Seperti sabda Nabi : Innamal a’maalu
binniyaat
Artinya
: Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niat… (H.R. Muslim)
2. Ria
dalam Perbuatan
a.
Ria perbuatan berkaitan dengan
tingkah laku/perbuatan. Ria
dalam perbuatan ini misalnya ketika mengerjakan shalat dan bersedekah. Orang
ria dalam mengerjakan shalat biasanya dia memperlihatkan
kesungguhan, kerajinan, kekusyu’annya jika ia berada di
tengah-tengah orang/jama’ah sehingga orang lain melihat ia berdiri, ruku, dan
sebagainya. Dia shalat dengan tekun itu mengharapkan
perhatian, sanjungan& pujian dari orang lain agar ia
dianggap sebagai orang yang taat dan tekun beribadah. Orang yg riya dalam
shalatnya ini dia akan celaka di akhirat nanti.
Seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an “ Maka celakalah
bagi orang-orang yang Shalat, (yaitu) orang – orang yang lalai dari shalatnya,
orang-orang yang berbuat Ria dan enggan (Menolong dengan) barang
berguna”. (Al Ma’un 4-7)
Contoh Sikap
Perilaku Ria
1.
Seseorang yang telah bersedekah
kepada yayasan,dan meminta ketua yayasan supaya orang yang bersedekah tadi
disebutkan/di umumkan kepada orang lain, bahwa dirinya telah bersedekah
2.
Seseorang yang memiliki kecerdasan
yang luar biasa dan memamerkannya/menonjolkannya kepada semua orang.
3.
Orang yang telah menunaikan ibadah
haji di tahun kemarin dan akan menunaikan ibadah haji lagi di tahun ini.Dengan
maksud agar mendapat gelar haji da di puji oleh orang lain.
Ciri Orang Yang Mempunyai Sifat
Ria Dalam Perbuatan
1. Tidak
akan berbuat baik jika tidak dilihat orang lain atau tidak ada imbalan baginya.
2.
Melakukan amal shaleh tanpa dasar,
hanya ikut-ikutan
3.
Tampak rajin penuh semangat jika mal
perbuatannya dilihat atau dipuji-puji orang.
4.
Ucapannya selalu menunjukan bahwa
dia yang paling hebat, paling tinggi dan paling mampu.
Berikut ini ada
beberapa tips
yang bisa membantu untuk sedikit-demi sedikit menghapus riya', 'ujub, sum'ah
dan semacamnya:
1.
Anda harus sadar dan tahu bahwa yang
anda perbuat itu benar dan baik. Untuk itu, biasakan berfikir dan berupaya
keras memutuskan dengan tepat setiap langkah Anda: apa (yang Anda lakukan),
bagaimana (Anda melakukan), dan kenapa (Anda lakukan). Jangan berfikir sempit
dan pendek, tapi usahakan selalu menggali dampak-dampak dan akibat-akibat
perbuatan Anda jauh ke depan: manfaat dan madlarratnya. Sehingga tidak ada
alasan untuk tidak bersikap tegas dan berani.
Jika sudah mampu demikian, maka anda akan penuh
percaya diri dan mantap dalam setiap langkah. Jangan takut untuk berbeda,
selama Anda yakin apa yang Anda perbuat itu benar. Namun, jangan lantas merasa
benar sendiri, sehingga membenci orang lain yang Anda anggap salah. Dengan kata
lain, ikhlas identik dengan kemantapan, percaya diri, ketenangan dan kekokohan
jiwa, juga kecerdasan, sedangkan riya' (sum'ah, 'ujub) identik dengan
keragu-raguan, keresahan, jiwa yang labil, dan juga kebodohan.
2.
Upayakanlah dalam setiap waktu untuk
mengingat Allah; sesering mungkin 'berbisik-bisik' dengan Allah (mengeluh dan
mengadu hanya kepada Allah). Luangkan waktu, di pagi dan sore tiap hari,
sekitar seperempat sampai setengah jam untuk dzikir dan instropeksi diri: apa
yang telah dan mau dilakukan.
3.
Sadarlah bahwa Allah senantiasa
mengetahui gerak-gerik Anda. Bersamaan dengan itu, cukupkanlah kepuasan Anda
dengan pengetahuan Allah akan segala tindakan Anda. Anda akan puas hanya dengan
diketahui Allah jika Anda merasa takut dan berharap hanya kepadaNYA. Ketahuilah hanya Allah yang akan
mengganjar semua amal perbuatan kita semua.
4.
Lakukan doa-doa dengan khusyuk.
Senantiasa memohon agar dikaruniai hati yang tulus dan ikhlas (Allahummarzuqnaa
al-ikhlaas wa al-istiqaamah wa hubba Allah wa hubba man ahabbah = Ya Allah,
karuniailah kami keikhlasan, istiqaamah, mencintai Allah, dan orang-orang yang
mencintaiNYA).
5.
Kita senantiasa melihat orang lain
lebih baik di sisi Allah dari diri kita sendiri.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus